z35W7z4v9z8w

Sabtu, 09 April 2016

ZIARAH KUBRA: HISTORY ZIARAH KUBRO PALEMBANG-Habib Muhammad Rafiq Al-kaff

KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada kami yang mana dengan seizin-Nya lah kami bisa menyelesaikan suatu buku yang menguraikan tentang Khazanah Salaf Ba’alawi di Palembang dan sekitarnya yang berusaha kami rangkai dari kepingan-kepingan informasi yang berasal dari beberapa sumber.  Dan Shalawat beserta Salam tak lupa kami iringkan bagi Nabi pilihan penghulu kita Nabi Muhammad SAW Nabi Penutup di Akhir Zaman.
Sebagaimana yang telah banyak diketahui bahwa di beberapa tempat di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim biasanya mempunyai tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam sejarah pertumbuhan Islam di daerahnya masing-masing.  Dan di Palembang sebagai kota yang tertua di Nusantara yang pernah dalam beberapa dekade yang lampau pernah menjadi pusat perkembangan Islam pastilah menyimpan sejarah keislaman tersendiri yang hanya saja mungkin belum pernah diperhatikan. Oleh karena itu dalam kepentingan ini kami berusaha dan berjuang keras untuk mencari keterangan yang dibutuhkan walaupun tidak secara keseluruhan, tapi ini merupakan fase awal kami dalam penyusunan buku sejenis yang akan kami lanjutkan dengan beberapa edisi lanjutan, sebagai pelestarian situs-situs Islam dan penghormatan kepada para pendahulu (Salaf).
Masih membekas dalam benak kami beberapa peninggalan Salaf As-Sholihin Palembang yang masih ada hingga kini, seperti yang di Palembang dikenal dengan acara “Umpaan” yaitu acara silaturrahmi sesudah Sholat Ied (Idhul Fitri & Idhul Adha), dimana setelah Sholat Hari Raya (pada pagi harinya para Sadah beramai-ramai berziarah), biasanya Sadah Ba’alawi Palembang berkeliling dari rumah ke rumah sambil membaca Qasidah Salaf dan setelahnya berdoa. Para Sadah Palembang yang bermukim diluar Palembang bila mengingat acara ini pasti berusaha menyempatkan diri akan pulang ke Palembang.  Dan sebelumnya yakni menjelang Ramadhan, para Sadah tua dan muda, berziarah ke makam-makam para habaib di Gubah Kawah Tengkurep, Gubah Kambang Koci, Gubah Habib Ahmad bin Syech dan Gubah Pangeran Syarif Ali.  Pada Bulan Ramadhan sesudah Shalat Tarawih berjamaah, Tadarussan Al-Qur’an selalu menggema di setiap Langgar (Musholla).
Setiap kampung di Palembang pasti sekurang-kurangnya memiliki sebuah langgar, bilamana Adzan Sholat telah dikumandangkan (khususnya maghrib), maka Adzan Sholat pun akan terdengar bersahut-sahutan. Dan ketika masuk Bulan Rabi’ul Awwal (Bulan Maulud) yang mana setiap Kampung Para Sadah mempunyai sebuah langgar seperti Langgar Al-Munawwar, Langgar Al-Kaff, Langgar Al-Masawa dll, secara bergilir tiap hari (biasanya Ba’dal Ashar) selalu mengadakan perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW, dan pada tiap malamnya anak-anak muda Sadah Ba’alawi Palembang dari rumah ke rumah, mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW, hingga 40 (empat puluh) malam atau lebih. Sampai sekarangpun semua tradisi tersebut Alhamdulillah masih berlangsung.
Mengenai istilah “Salaf Ba’alawi” yang identik dengan isi buku ini, akan kami jelaskan definisinya pada halaman yang lain. Salaf Ba’alawi merupakan faktor dominan dalam masyarakat “luar” didalam Kesultanan Palembang  yang juga sekaligus melingkupi cakupan  sejarah Kesultanan Palembang.
Peranan Salaf Ba’alawi sudah cukup nyata untuk diamati.  Salah satu contoh bukti yang monumental adalah dimakamkannya mereka di Pemakaman Kesultanan  Palembang (Kawah Tengkurep, Kambang Koci, Cinde Walang dan lain-lain).  Kebanyakan dari mereka menjabat sebagai penasehat keagamaan selain menjadi menantu sultan dan wazir.  Di daerah yang lain mereka merupakan Penghulu (Puyang) yang mengayomi masyarakat didaerahnya, seperti Tuanku Abdurrahman (Al-Idrus) di daerah Komering.  Masyarakat Ba’alawi juga berperan aktif dalam mempertahankan kedaulatan Kesultanan Palembang dari agresi militer Belanda pada masa itu.  Fakta sejarah ini menyatakan hubungan erat yang telah terjalin baik antara masyarakat Ba’alawi dan masyarakat Palembang.
Salaf Ba’alawi Palembang juga mendapat perhatian oleh para pengamat sejarah dari luar negeri, seperti yang disebutkan oleh Muhammad Dhia’ Syahab dari Jeddah dalam sebuah buku karangannya, juga didalam Kitab Mi’jamul Lathief mengenai Kampung Al-Yusrain Palembang beserta tokoh-tokohnya dan lain-lain[1]. 
Dikarenakan keterkaitannya dalam sejarah Islam Palembang yang lebih jauh tersebut, maka tidaklah salah rasanya untuk menguraikan sejarah mereka secara tersendiri dengan lebih terperinci agar jangan terlupakan dan terhapus begitu saja, seyogyanya juga agar menjadi pusaka peninggalan yang berharga bagai generasi yang akan datang.
Dalam perkembangan selanjutnya dari kitab ini, kami juga memerlukan informasi yang bisa menyokong keabsahan isi dari kitab ini.  Juga bilamana ada kritik ataupun saran membangun  demi kesempurnaan kitab ini, kami berharap agar dapat disampaikan.
Bilamana di dalam kitab ini terdapat kesalahan dan kekurangan  maka kami meminta maaf dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan tak lupa kami juga mengharap  semoga Allah SWT berkenan mengabulkan permintaan kami untuk menjadikan buku ini bermanfaat bagi segenap kaum muslimin.dan menjadikannya sebagai tanda terima kasih kami kepada para pendahulu-pendahulu pejuang Islam yang telah menegakkan agama Allah dengan tetesan air mata, darah dan tinta (Kitab-kitab karangan mereka, Rahmatullaahi ‘Alaihim).  Amin.
Wassalam
Senin,  1 Muharram 1422 H
Penyusun







[1] Terlebih lagi tanpa banyak diketahui oleh masyarakat Palembang itu sendiri makam-makam yang ada di Palembang masih sering diziarahi oleh penziarah yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri yang mana kebanyakan merupakan Ulama’ terkemuka, seperti baru-baru ini yaitu yang Mulia Al-Habib Umar bin Hafizd, Mudir (Kepala) Ma’had Daarul Musthofa yang bermarkas di Hadhramaut, Yaman Selatan , beliau adalah seorang Ulama’ terkemuka pada masa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar