KATA
PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
kepada kami yang mana dengan seizin-Nya lah kami bisa menyelesaikan suatu buku
yang menguraikan tentang Khazanah Salaf Ba’alawi di Palembang dan sekitarnya
yang berusaha kami rangkai dari kepingan-kepingan informasi yang berasal dari
beberapa sumber. Dan Shalawat beserta
Salam tak lupa kami iringkan bagi Nabi pilihan penghulu kita Nabi Muhammad SAW
Nabi Penutup di Akhir Zaman.
Sebagaimana yang telah banyak diketahui bahwa di beberapa tempat di
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim biasanya mempunyai
tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam sejarah pertumbuhan Islam di
daerahnya masing-masing. Dan di
Palembang sebagai kota yang tertua di Nusantara yang pernah dalam beberapa
dekade yang lampau pernah menjadi pusat perkembangan Islam pastilah menyimpan
sejarah keislaman tersendiri yang hanya saja mungkin belum pernah diperhatikan.
Oleh karena itu dalam kepentingan ini kami berusaha dan berjuang keras untuk
mencari keterangan yang dibutuhkan walaupun tidak secara keseluruhan, tapi ini
merupakan fase awal kami dalam penyusunan buku sejenis yang akan kami lanjutkan
dengan beberapa edisi lanjutan, sebagai pelestarian situs-situs Islam dan
penghormatan kepada para pendahulu (Salaf).
Masih membekas dalam benak kami beberapa peninggalan Salaf As-Sholihin
Palembang yang masih ada hingga kini, seperti yang di Palembang dikenal dengan
acara “Umpaan” yaitu acara silaturrahmi sesudah Sholat Ied (Idhul Fitri &
Idhul Adha), dimana setelah Sholat Hari Raya (pada pagi harinya para Sadah
beramai-ramai berziarah), biasanya Sadah Ba’alawi Palembang berkeliling dari
rumah ke rumah sambil membaca Qasidah Salaf dan setelahnya berdoa. Para Sadah
Palembang yang bermukim diluar Palembang bila mengingat acara ini pasti
berusaha menyempatkan diri akan pulang ke Palembang. Dan sebelumnya yakni menjelang Ramadhan, para
Sadah tua dan muda, berziarah ke makam-makam para habaib di Gubah Kawah Tengkurep,
Gubah Kambang Koci, Gubah Habib Ahmad bin Syech dan Gubah Pangeran Syarif
Ali. Pada Bulan Ramadhan sesudah Shalat
Tarawih berjamaah, Tadarussan Al-Qur’an selalu menggema di setiap Langgar
(Musholla).
Setiap kampung di Palembang pasti sekurang-kurangnya memiliki sebuah
langgar, bilamana Adzan Sholat telah dikumandangkan (khususnya maghrib), maka
Adzan Sholat pun akan terdengar bersahut-sahutan. Dan ketika masuk Bulan
Rabi’ul Awwal (Bulan Maulud) yang mana setiap Kampung Para Sadah mempunyai
sebuah langgar seperti Langgar Al-Munawwar, Langgar Al-Kaff, Langgar Al-Masawa
dll, secara bergilir tiap hari (biasanya Ba’dal Ashar) selalu mengadakan
perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW, dan pada tiap malamnya anak-anak muda Sadah
Ba’alawi Palembang dari rumah ke rumah, mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW,
hingga 40 (empat puluh) malam atau lebih. Sampai sekarangpun semua tradisi
tersebut Alhamdulillah masih berlangsung.
Mengenai istilah “Salaf Ba’alawi” yang identik dengan isi buku
ini, akan kami jelaskan definisinya pada halaman yang lain. Salaf Ba’alawi
merupakan faktor dominan dalam masyarakat “luar” didalam Kesultanan
Palembang yang juga sekaligus melingkupi
cakupan sejarah Kesultanan Palembang.
Peranan Salaf Ba’alawi sudah cukup nyata untuk diamati. Salah satu contoh bukti yang monumental
adalah dimakamkannya mereka di Pemakaman Kesultanan Palembang (Kawah Tengkurep, Kambang Koci,
Cinde Walang dan lain-lain). Kebanyakan
dari mereka menjabat sebagai penasehat keagamaan selain menjadi menantu sultan
dan wazir. Di daerah yang lain mereka
merupakan Penghulu (Puyang) yang mengayomi masyarakat didaerahnya, seperti
Tuanku Abdurrahman (Al-Idrus) di daerah Komering. Masyarakat Ba’alawi juga berperan aktif dalam
mempertahankan kedaulatan Kesultanan Palembang dari agresi militer Belanda pada
masa itu. Fakta sejarah ini menyatakan
hubungan erat yang telah terjalin baik antara masyarakat Ba’alawi dan
masyarakat Palembang.
Salaf Ba’alawi Palembang juga mendapat perhatian oleh para pengamat
sejarah dari luar negeri, seperti yang disebutkan oleh Muhammad Dhia’ Syahab
dari Jeddah dalam sebuah buku karangannya, juga didalam Kitab Mi’jamul Lathief
mengenai Kampung Al-Yusrain Palembang beserta tokoh-tokohnya dan lain-lain[1].
Dikarenakan keterkaitannya dalam sejarah Islam Palembang yang lebih
jauh tersebut, maka tidaklah salah rasanya untuk menguraikan sejarah mereka
secara tersendiri dengan lebih terperinci agar jangan terlupakan dan terhapus
begitu saja, seyogyanya juga agar menjadi pusaka peninggalan yang berharga
bagai generasi yang akan datang.
Dalam perkembangan selanjutnya dari kitab ini, kami juga memerlukan
informasi yang bisa menyokong keabsahan isi dari kitab ini. Juga bilamana ada kritik ataupun saran
membangun demi kesempurnaan kitab ini,
kami berharap agar dapat disampaikan.
Bilamana di dalam kitab ini terdapat kesalahan dan kekurangan maka kami meminta maaf dan memohon ampun
kepada Allah SWT. Dan tak lupa kami juga mengharap semoga Allah SWT berkenan mengabulkan
permintaan kami untuk menjadikan buku ini bermanfaat bagi segenap kaum
muslimin.dan menjadikannya sebagai tanda terima kasih kami kepada para
pendahulu-pendahulu pejuang Islam yang telah menegakkan agama Allah dengan
tetesan air mata, darah dan tinta (Kitab-kitab karangan mereka, Rahmatullaahi
‘Alaihim). Amin.
Wassalam
Senin, 1 Muharram 1422 H
[1] Terlebih lagi tanpa banyak diketahui oleh masyarakat Palembang itu
sendiri makam-makam yang ada di Palembang masih sering diziarahi oleh penziarah
yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri yang mana kebanyakan
merupakan Ulama’ terkemuka, seperti baru-baru ini yaitu yang Mulia Al-Habib
Umar bin Hafizd, Mudir (Kepala) Ma’had Daarul Musthofa yang bermarkas di Hadhramaut,
Yaman Selatan , beliau adalah seorang Ulama’ terkemuka pada masa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar